11 Mei 2011 Rumah Mimpi lahir, tercipta dari marah dan asa,
ia terlahir merupa gerak.
Ya! marah dan asa, marah karena melihat anak-anak yang tidak
bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar, dan asa untuk membantu mereka untuk
tetap bisa belajar.
Dihari kelahirannya rumah mimpi membentuk sebuah ruang
belajar yang terbuat dari bilik bambu di pelataran Monumen Juang Pancasila.
Rumah Mimpi meredam marah, dan mulai mengeja asa dengan membentuk sebuah
kelompok belajar untuk anak-anak Dago dan Terminal Lw.Panjang.
Empat bulan setelah hari kelahirannya, ruang belajar Rumah
Mimpi rata dengan paving blok, mereka meratakan ruang belajar dengan alasan
kebersihan dan keindahan.
Marah terlanjur melebur, asa terlanjur mendarah daging.
Esa hilang dua terbilang.
10 oktober 2011 Rumah Mimpi kembali membentuk ruang belajar
yang terbuat dari batu dan besi sebuah jembatan usang di Jl.Asia Afrika.
Membentuk
sebuah kelompok belajar untuk anak-anak Alun-alun, Rumah Mimpi melanjutkan asa.
Tak terasa waktu berlalu
melihat anak-anak tumbuh mengeja asa mereka dan berbagi rasa di setiap unjung kegiatan
belajar, sekarang sudah hari jadinya yang ke empat.
Di hari jadinya yang ke empat rumah mimpi mendapat kado dari
Pemerintah Kota, yaitu batu dan besi baru, jembatan usang tempat belajar kami
dulu sekarang disulap menjadi jembatan bergaya Artdeco yang menawan, mungkin
Rumah Mimpi bisa kembali ruang belajarnya atau mungkin Rumah Mimpi akan terusir
seperti sebelumnya, entah.
Namun yang nyata adalah Marah terlanjur melebur dan asa terlanjur
mendarah daging.
Rumah Mimpi mungkin akan hilang dari peredaran karena Rumah
Mimpi hanyalah suatu representasi dari marah dan asa, sedangkan marah yang
sudah melebur dan asa yang sudah mendarah daging pada kita akan terus ada. Ya! Ada
Pada Kita, Aku dan Kamu.
Dan
selama asa masih terjaga, rumah mimpi akan selalu ada dan akan terus tumbuh
menjadi akar baru di setiap tembok dan tanah. Akan terus mendampingi dan
membantu anak-anak menggapai mimpi dan asa mereka setinggi langit.
-Yusuf YE