Rabu, 07 November 2012

Ini Acil

Kenalkan namanya Acil. Dia seorang anak laki-laki yang hebat. Bagaimana tidak, tanpa orang tua dia berjuang hidup sendiri. Bekerja sebagai pemulung disekitaran gasibu, bahkan mengelana ke Dago dan sekitarnya. Panasnya aspal jika tidak hujan seakan membakar kedua telapak kakinya, semua dia lakukan untuk biaya hidup sehari-hari.





Acil tidak punya rumah bahkan gubuk untuk dijadikan tempat berteduh. Jika terjadi hujan mereka berteduh di toilet-toilet bahkan gerobak mereka yang telah didesain sebaik mungkin agar air menghampiri tubuh mereka. Setiap malam setelah lelah mencari barang disiang hari, acil selalu bercengkrama dengan dua orang kakek-kakek dan satu orang bapak-bapak. Bersama teman - teman tidak sebayanya itu mereka berdoa agar malam hari tidak terjadi hujan dikarnakan mereka tidur dikursi-kursi taman  lansia yang tidak menpunyai atap.

Suatu malam kami pernah berkunjung ke taman lansia. Disana kami disuguhi oleh cerita yang mengebuh-gebuh keluar dari mulut salah satu dari kakek yang biasa bersama Acil di taman lansia itu. "Acil itu tinggal disini sama kami. Dia tuh pintar . Saya kasihan melihat dia. Dia Masih muda sudah berjuang hidup" begitulah sepenggal cerita dari sekian panjang obrolan itu. Diujung cerita dia bilang "saya titip acil ya de".


-RM-

Minggu, 14 Oktober 2012

Hasil rapat Hari Minggu tanggal 14 oktober 2012

Rumusan rapat pada Hari Minggu tanggal 14 oktober 2012 sbb:

Rumah Mimpi mengadakan Outbond pada tanggal 04 November 2012 .
di Kapulaga jam 07:00 - 16:00,
pada adik- adik dan kaka kaka yang ikut di haruskan membawa baju ganti.
berkumpul di Rumah Mimpi Jembatan Penyebrangan Orang Asia Afrika jam 07:00

CP : 02295542051 / 082117788576

-RM-

Senin, 06 Agustus 2012

Dulu kami ada disana

Terletak di jalan Dipati Ukur No.48 kota Bandung. Lokasinya berhadapan dengan Gedung Sate dan di depan Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), Kota Bandung. Berdiri di atas tanah seluas ± 72.040 m² dan luas bangunan ± 2.143 m², serta model bangunannya berbentuk bambu runcing yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat R. Nuriana pada tanggal 23 Agustus 1995.


Iya,itu Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat atau yang biasa disebut Monju ( Monumen Perjuangan).
Mengingat monumen bagi kami mengenang bangunan,isi dan penghuninya yang berada disekitaran monju. Sebuah kampung yang berisikan orang-orang yang kreatif, pintar, dan peduli akan sesama. Mengingat mang Uwie (sesepuh) dengan orasinya. Mengingat mang Ato dengan puisi dan lagunya. Mengingat mang Dodo dengan karya patung patungnya. Mengingat saung-saung, isi dan penghuninya. Mengingat keceriaan, kebersamaan dan perjuangan para penghuni kampung.



Sebuah semboyan dari sesepuh kampung "merah kuning hijau dilangit yang biru".


 -RM-

Sabtu, 04 Agustus 2012

Sore, Jembatan Penyebrangan !

Si budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si budi diam di dua sisi

Yang diatas itu bukan kata-kata rangkaian saya, hehe
Tapi lirik lagunya bang Iwan Fals yang judulnya Sore, Tugu Pancoran
Coba deh renungin tiap liriknya, saya pribadi kalo dengerin lagu ini rasanya tuh nyesss.... trus merinding
Yang kita tahu semua kalo lagu ini menceritakan seorang anak yang bekerja menjual koran demi 1 impian yang kerap ganggu tidurnya



Lagu ini mengingatkan kita dengan adik-adik di Rumah Mimpi yah, kak?
Dimana tempat kita berbagi, tertawa, dan belajar bersama
Mungkin adik-adik kita disini juga punya cerita yang hampir mirip dengan si Budi


"Rumah" ini membuat kita mengerti akan perbedaan, dan menyadari bahwasannya kita pun dapat belajar dari orang-orang disini
Belajar tentang hidup, yang mungkin tidak kita dapati dari pendidikan formal
Mereka juga manusia, yang butuh kasih sayang dan uluran tangan kita
Rumah Mimpi, disini berisikan ribuan mimpi dari adik-adik dan juga para kakak-kakak pengajarnya


Kakak-kakak, ada baiknya mulai sekarang syukurilah apa yang kakak punya
Bagaimanapun kakak lebih beruntung dibandingkan dengan adik-adik disini :)

_Together We share_

Senin, 30 Juli 2012

Sekilas Tentang Rumah Mimpi

Rumah Mimpi awalnya merupakan tempat berkumpul, berbagi, belajar, dan berkarya sekumpulan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Penggagas Rumah Mimpi bernama Yusuf Yudha Erlangga, atau yang lebih dikenal dengan Ucup.

Rumah Mimpi resmi dicetuskan tanggal 8 Mei 2011. Rumah Mimpi dapat diartikan sebagai tempat atau wadah orang-orang yang bermimpi. Di awal perkembangannya, Rumah Mimpi telah memiliki konsep menjadikan perkumpulan ini sebagai wadah belajarnya anak-anak jalanan.

Pemilihan anak jalanan sebagai sasaran pendidikan, tentunya sudah melalui berbagai pertimbangan. Alasan utamanya berawal dari pemikiran sederhana salah satu anggotanya yang kerap kali melihat anak-anak jalanan tersebut menghabiskan waktu mereka dengan mengemis dan mengamen. Alangkah baiknya jika mereka menghabiskan waktunya dengan belajar di Rumah Mimpi. Minimnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap anak jalanan juga merupakan alasan lainnya. Anak jalanan seringkali disebut penyandang masalah sosial bagi negara sehingga kehidupan merekapun seringkali dipandang sebelah mata, bahkan hingga dikucilkan masyarakat.

Pandangan seperti itulah yang harus dihapus dari masyarakat. Mereka bukan penyandang masalah sosial, mereka sama sekali bukanlah masalah. Tidak banyak yang tahu, jika mereka masih mempunyai mimpi dan cita-cita yang teramat tinggi. Semangat belajar anak-anak jalanan menjadi semangat para pengajar untuk terus memberikan pendidikan yang layak bagi mereka.

Awalnya proses belajar-mengajar Rumah Mimpi diadakan di belakang Monumen Perjuangan (Monju). Keberadaannya disana tidak lepas dari peranan Kang Uwi yang merupakan senior Seniman Bangun Pagi. Ia memberikan akses tempat agar proses belajar-mengajar ini dapat berlangsung.

Namun sekitar Juli 2011 tempat tersebut menjadi clear area, dan mengharuskan semua kelompok yang ada disana pindah, termasuk RM dan SBP. Kehilangan tempat mengajar tidak menjadikan anak-anak Rumah Mimpi patah semangat. Mereka terus mencari tempat, bahkan sempat mengajukan proposal ke salah satu gedung di kawasan alun-alun, namun hasilnya ditolak.

Pada akhirnya Rumah Mimpi mendapat tempat di jembatan penyeberangan didepan gedung PLN, alun-alun kota Bandung. Proses belajar-mengajar tersebut dimulai dari bulan Oktober 2011 hingga sekarang. Pengajarnya pun sekarang berasal dari berbagai Universitas di kota Bandung, jumlah murid yang terdata sekitar 25 orang.