Rabu, 07 November 2012

Ini Acil

Kenalkan namanya Acil. Dia seorang anak laki-laki yang hebat. Bagaimana tidak, tanpa orang tua dia berjuang hidup sendiri. Bekerja sebagai pemulung disekitaran gasibu, bahkan mengelana ke Dago dan sekitarnya. Panasnya aspal jika tidak hujan seakan membakar kedua telapak kakinya, semua dia lakukan untuk biaya hidup sehari-hari.





Acil tidak punya rumah bahkan gubuk untuk dijadikan tempat berteduh. Jika terjadi hujan mereka berteduh di toilet-toilet bahkan gerobak mereka yang telah didesain sebaik mungkin agar air menghampiri tubuh mereka. Setiap malam setelah lelah mencari barang disiang hari, acil selalu bercengkrama dengan dua orang kakek-kakek dan satu orang bapak-bapak. Bersama teman - teman tidak sebayanya itu mereka berdoa agar malam hari tidak terjadi hujan dikarnakan mereka tidur dikursi-kursi taman  lansia yang tidak menpunyai atap.

Suatu malam kami pernah berkunjung ke taman lansia. Disana kami disuguhi oleh cerita yang mengebuh-gebuh keluar dari mulut salah satu dari kakek yang biasa bersama Acil di taman lansia itu. "Acil itu tinggal disini sama kami. Dia tuh pintar . Saya kasihan melihat dia. Dia Masih muda sudah berjuang hidup" begitulah sepenggal cerita dari sekian panjang obrolan itu. Diujung cerita dia bilang "saya titip acil ya de".


-RM-